Minggu, 28 November 2010

"Arti Hadirmu, Guru"

Bagiku, kebanggaan menjadi seorang guru... manakala para siswa senantiasa merindukan dan membutuhkanku sebagai motivator mereka, dalam meniti hidup di atas kaki rapuh mereka. Bukan hanya sebatas mentransfer ilmu belaka. Di mana aku bisa menjadi peneguh mereka, hingga mereka tak lagi merasa sebagai orang miskin yang tak berguna dan hina.

Seringkali kulihat kesedihan membayang di mata mereka. Sebentar kemudian, binar impian menggantikannya. Namun.. tak lama kemudian.. luruh dan keruh, lantas hilang dari binar mata mereka.

Duh..Gusti.. begitu pilu hati ini melihatnya.
Lihatlah... merekakah para generasi bangsa. Anak-anak desa yang tak berani bermimpi bagi diri mereka sendiri? Bahu lesu, langkah-langkah tersendat, dan wajah-wajah putus asa yang setiap hari mereka bawa ke gerbang masa depan mereka... inikah keceriaan anak-anak Indonesia?

Suatu hari... kupaksa mata mereka menatap sebuah buku di tanganku. Buku yang selama ini menjadi curahan hidupku. Buku diaryku.
seorang dari mereka bertanya, "Apa itu, Ibu?"
"Ini adalah rekaman hidup dan kotak dari segala impian-impian Ibu," Jawabku.
Kulihat bahu-bahu lesu itu mulai tegak... tatapan keruh dan wajah-wajah putus asa itu mulai fokus menatapku penuh tanya.
"Rekaman hidup? Kotak impian? Apa maksudnya, Bu?"
Aku mulai berbagi dengan mereka. Membacakan sepenggal-sepenggal perjalanan hidupku dan sebagian impian-impianku yang tak pernah kubiarkan terlewat dari diaryku.

"Bermimpilah,Nak. Tak ada yang melarangmu untuk melakukan itu. Lalu raihlah dengan upaya terbaikmu. Kemudian mohonlah pada Allah untuk mempermudah langkahmu."

Setelah itu, melalui diary di tangan mereka.. aku mengerti mereka. Mencoba menjadi peneguh mereka. Mencoba merengkuh hati mereka dan sedapat mungkin mendampingi langkah mereka dalam menggapai impian mereka.

Seperti saat ini, aku tercebur dalam tumpukan diary mereka. Sungguh membahagiakan membaca impian-impian atau hanya sekedar keluhan-keluhan dalam lembar-lembar diary mereka. kubayangkan pula binar-binar mata penuh asa...langkah-langkah tegap penuh tekad... yang kini mulai tampak dalam keceriaan mereka.

Namun ironis... kini aku sering kelabakan.. banyak dari mereka yang menuntut diary agar segera dikembalikan.. "Ingin saya ceritakan pengalaman berharga saya. saya butuh segera pendapat Ibu." kata mereka. Lalu aku seperti diburu waktu... secepat mungkin aku commant catatan mereka, karena aku takut mereka salah arah atau impian itu kabur dari benak mereka.

"Guruku... kau adalah motivator hidupku, itulah arti hadirmu bagiku."
Kalimat itu pernah kubaca dalam diary salah satu dari mereka. Ungkapan sederhana mereka yang hingga kini masih mampu membuatku mengesampingkan sedikit ego dan idealismeku dalam menghadapi mereka. Membuatku masih tetap kuat berdiri dalam menanggung beban tugas dari profesiku kini.

"Terima kasih, anak-anakku yang luar biasa. Lihatlah... Gerbang impian telah terbuka..menanti kita di sana. Tetap SEMANGAT and Always Do The Best!!"...

1 komentar:

  1. Ya Guru adalah pahlawan yang mana ...
    ia telah mengajari kita semua untuk membaca, menulis dan apapun yang dia ajarkan ke kita itulah yang terbaik untuk anak didik nya....
    subhanallah...guru....engkau pahlawan tanpa tanda jasa....sungguh ku mencintaimu guru......

    BalasHapus